Sabtu, April 12, 2008

Pejabat, OrMas, dan Bobotoh (Part I)

Saat pertama kali liat judulnya, mungkin rada bingung juga. Memang ada hubungannya kah dari ketiga elemen tersebut? Pejabat dengan OrMas mungkin sedikit banyak bersinggungan di beberapa bidang. Tapi bobotoh?
Hmm...

Sebenernya ini sedikit terinspirasi oleh kejadian pada saat gencar-gencarnya kampanye Calon Gubernur JaBar yang (katanya) akan membawa Provinsi tercinta kita ini menjadi Provinsi termaju di Indonesia. Padahal boro-boro mau maju, keadaan jalan di Jabar aja paling amburadul se Indonesia yang notabene juga amburadul di mata Dunia. Tapi bukan ini fokus saya di post ini, mungkin akan saya tulis di post-post selanjutnya.

Saat itu saya tengah berkendara, perjalanan dari rumah menuju kampus. Saat lampu sudah berwarna hijau (yang mungkin orang-orang itu tidak tahu bahwa itu tandanya kamu dapat melaju) dari arah yang bertegaklurus, segerombolan kendaraan (mobil, motor, bak terbuka) dengan kecepatn tinggi terus melaju. Padahal dari arah sana, lampunya merah. Setelah diperhatikan, rombongan tersebut ternyata rombongan pendukung salah satu CaGub.

Terpikirlah saat itu, apa dengan mereka membawa bendera Partai, mengusung nama CaGub, mereka kemudian menjadi kebal hukum? Mereka kemudian menjadi raja jalanan? Sudah separah itukah egoisme di lapisan masyarakat kita sehingga hukum yang berlaku didobrak seenaknya. Jikapun tidak kita tinjau dari ranah hukum, apakah sebegitu egoisnya kah sampai tidak memperhatikan hak orang lain? Bung ini tanah bukan tanah nenek moyangmu! Saya membayar pajak untuk mendapatkan hak yang seharusnya saya dapat.

Tak jauh berbeda dengan tingkah bobotoh serta pejabat di negeri ini....

(untuk dilanjutkan...)

Kamis, Maret 27, 2008

Ketika sebuah komunitas menyebut diri mereka "Keluarga"

Sebuah hal yang lumrah ketika sebuah komunitas menyebut diri mereka adalah "keluarga",
terutama bila komunitas tersebut merupakan komunitas berorientasi non-profit.

Tak perlu kita tinjau sebuah komunitas besar yang berupa organisasi, yang memiliki AD/ART dan segala tetek bengeknya yang berhulu dari sebuah azas, kekeluargaan.
Terlalu jauh untuk mebahas kearah sana, terutama karena saya merasa tidak mempunyai kapabilitas ke arah sana.

Mungkin saat ini saya akan bicara mengenai sebuah komunitas kecil yang biasa disebut geng, kelompok belajar, kelompok bermain, ato apapun itu namanya.

Yang sering menjadi pertanyaan saya adalah:
Seperti apa sih nilai2 kekeluargaan yang dibawa oleh orang-orang tersebut ketika menyebut diri mereka keluarga?

Sering kali yang saya dapati hanyalah sekelompok orang-orang egois yang hanya mementingkan diri mereka sendiri. Mungkin hal itu bagi mereka adalah sesuatu yang manusiawi dan wajar, entahlah. Tapi bagi saya, itu sudah berupa sifat kemunafikan. Apa hal seperti itu yang disebut keluarga? Atau memang hal seprti itulah yang ditanamkan di keluarga mereka sehingga nilai-nilai seperti itu lah yang mereka bawa ke komunitasnya.

Egois dalam bertindak,
Egois dalam berucap,
Egois dalam berfikir....

Beberapa hal seperti itu terjadi kemarin2 ini, yang membuat saya sadar bahwa manusia itu hanya memiliki dua fungsi untuk manusia lainnya, yaitu
memanfaatkan atau dimanfaatkan. Ketika orang tersebut terlalu polos memandang dunia dan tidak siap akan hal itu, maka dia akan dimanfaatkan. Hanya orang yang cerdas, yang bisa memanfaatkan orang lain. Saya akui itu.

Kawan, kalian memang orang-orang cerdas.
Terima kasih sudah membuka mata saya...
Terima kasih sudah membuat saya paham...
Bahwa dunia itu kejam...

Simpan senyum itu,
senyum yang menyiratkan seolah kita keluarga,
senyum yang berarti palsu...

Welcome notes....

Sebuah kerinduan ku kan menulis...
Sebuah kehausan akan pengungkapan ekspresi...

Namun,
bukan akan keindahan dunia...
maupun keceriaan manusia...

Sebuah ungkapan kekecewaan,
Sebuah pengharapan yang pupus,
Sebuah ekspresi negatif...

Untuk aku,
kamu,
kalian,
dan kita semua...